Kemuning Senja di Beranda Mekah ini adalah sebuah kisah nyata yang
penuh hikmah dan nasihat-nasihat yang membangun. Sebuah kisah yang
membuat kita lebih mengenal Islam serta merasa nyaman dengan Islam.
Sebuah kisah yang patut menjadi teladan bagi setiap umat Islam yang
masih merasa ragu dengan kebenaran Islam. Kisah ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Rafiqah
yaitu gadis biasa yang tumbuh sebagai putri salah seorang
pebisnis kaya di kota Jakarta. Awal dari masalah yang dihadapi oleh
Rafiqah dimulai ketika ia memiliki prinsip hidup yang tak lazim bagi
keluarganya yang begitu modernis. Ketika ia memilih untuk berjilbab
syar'i demi menjaga kehormatannya. Hingga akhirnya sering terjadi
diskusi antara Rafiqah dan ayahnya. Diskusi - diskusi yang sering
membuat suasana hangat rumah mewah itu menjadi panas. Diskusi -
diskusi yang lebih 'pas' dibilang perdebatan itu pasti berujung sama,
yaitu sang ayah yang kehabisan materi dan logika melawan keliahaian
anaknya ‘Rafiqah’. Rafiqah adalah gambaran seorang perempuan yang
tidak pernah gentar dalam hidupnya. Tidak pernah takut pada
siapapun,termasuk ayahnya serta pantang menyerah terhadap segala
sesuatu yang dianggapnya tidak benar menurut pandangannya yang
didasari dari pengetahuan agamanya. Kepiawaiannya dalam berdebat yang
memang sudah dimiliki sejak kecil secara genetik dan kemudian
dipadukan dengan dalil-dalil serta penjelasan ilmiah yang banyak
dipelajarinya dari seorang ustadz bernama Ustadz Qamaruddin yang
tidak lain merupakan ayah dari sahabatnya ‘Heryani’.
Usai menyelesaikan pendidikannya di sebuah SMU di kota
Jakarta,tiba-tiba orangtuanya mendesaknya untuk menikah dengan pria
pilihan orangtuanya.Pramono Agung Setia,pria pilihan papanya Rafiqah
adalah salah satu enterpreuner yang sukses,ia juga religius.Namun
Pram bukanlah pria yang diinginkan Rafiqah, akan tetapi pernikahan
harus tetap berlangsung,karena papanya adalah seseorang yang bersifat
keras. Betapapun Rafiqah mendebat papanya agar mengubah keputusannya,
papanya tetap bergeming. Hingga pada akhirnya Rafiqah hanya bisa
menerima dengan ikhlas serta berharap kelak ia bisa merubah calon
suaminya itu. Rafiqah tetaplah hanya seorang anak yang tidak bisa
membantah orang tuanya. “Untuk pergi dari rumah ini pun, Rafiqah
tidak punya kemampuan apa-apa. Nyali Rafiqah tak cukup untuk itu.
Rafiqah akan turuti kemauan Papa. Tapi apabila ada apa-apa di
kemudian hari, Papa harus rela menanggung segalanya”. Itulah
kalimat yang dilontarkan Rafiqah kepada papanya ketika ia telah
menyetujui keinginan papanya tersebut. Rafiqah adalah potret seorang
perempuan berhati baja yang tidak mudah rapuh. Tetapi di samping itu
Rafiqah tetap berada dalam batasannya sebagai seorang anak yang harus
menaati orang tuanya. Pengarang menyajikan dialog Rafiqah dengan
permainan kata yang begitu indah dan menyentuh pembaca.
Pramono Agung Setya adalah seorang enterpreneur muda yang sukses
serta berbakat. Bagaimana pun Pram masih tergolong muslim yang cukup
baik dikalangan masyarakat awam. Terbukti ia senang mendapatkan
kesempatan untuk menyunting Rafiqah gadis yang bukan hanya dilihat
kecantikannya tapi berpakaiannya juga. Rafiqah melihat Prams seorang
yang masih mau untuk memperbaiki diri. Rafiqah berdoa semoga
pilihannya menjadi kebaikan di dunia dan diakhirat.
Ketidakserasian dalam rumah tangga muncul dengan hebatnya. Pram dan
Rafiqah pasangan yang memiliki prinsip masing-masing yang sangat
berbeda, Pram masih berprinsip moderat ala barat misalnya bisnis
pembangunan diskotik yang akan ditempatkan di dekat mall padahal
sebelahnya ada masjid dll sedangkan Rafiqah memegah teguh syariat
islam. Rafiqah tetap menggenggam prinsip hidupnya yang tak mungkin
tergadaikan oleh apapun juga. Rafiqah merasa bagai dikurung di tengah
kobaran api, sesungguhnya ia punya kesempatan untuk keluar dari
kobaran itu, namun berharap kobaran itu akan padam sendiri. Bahkan
Pram yang merasa sulit beradaptasi dengan Rafiqah juga sama sekali
tidak menginginkan perceraian. Karena sikapnya itu Rafiqah masih
sanggup untuk bertahan. Dengan penuh kesabarannya untuk taat
dan patuh kepada suami Rafiqah selalu berdoa agar Prams dibukakan
hatinya dan kembali kejalan yang benar.
Namun ketidakserasian itu berakhir ketika Rafiqah dikunjungi oleh
sahabat lamanya Heryani, sahabat yang bertahun-tahun sudah tak jumpa.
Percakapan yang sangat mengejutkan Prams dibalik ruang tamu, Rafiqah
tak pernah sekata pun menceritakan keburukan suami nya. Prams yang
mendengarkan percakapan kedua wanita itu menjadi haru, hingga
meneteskan air mata mendengar ucapan-ucapan yang arif dari mulut
istrinya. Istri yang amat dicintainya. Kepatuhan terhadap suaminya
ternyata semulia itu. Justru dia yang nyaris menjerumuskan wanita
suci ke lembah kenistaan, nyaris membuat istrinya berbuat maksiat.
“Manusia itu ibarat logam mulia (seperti emas dan perak) Yang
terbaik di masa jahiliyah, akan menjadi terbaik dimasa islam. Jika
mereka berilmu”
Perkataan Rafiqah yang sangat luar biasa ini memiliki arti yang
sangat mendalam dan sangat luar biasa.
Karena kesabaran dan keshalihan Rafiqah, Pram pun mengikuti jejak
Rafiqoh menuju manhaj yang haq. Sayang, keindahan rumah tangga
Pramono-Rafiqoh tidak dapatberjalan mulus. Manakala hati telah
terpaut dan ibadah bersama terasa begitu indah, hanya dalam waktu 4.5
bulan mereka harus merasakan perpisahan yang begitu pahit. Mereka
dipisahkan dengan sebuah kematian. Pramono telah menyambut panggilan
yang Maha Kuasa.
Sebelum suaminya meninggal, sang suami berpesan agar Rafiqah segera
menikah lagi, mengingat usianya memang masih muda. Dan akhirnya sang
ia memenuhi wasiat suaminya. Ia menikah dengan seorang pemuda shalih
yang memang sudah ia kenal sejak kecil, bahkan dialah pria yang
pernah ia idolakan karena keshalihannya. Setelah menikah mereka
berdua pindah ke bumi indonesia paling barat, yaitu Aceh.
Di
tempat inilah Rafiqah menjalani hidup yang sudah lama
diidam-idamkankan. Kehidupan yang sederhana tapi kental akan Islam.
Rafiqah dikaruniai seorang putra. Hingga akhirnya bencana itu datang
dan membawa semua harta yang dititipkan Allah kepadanya. Termasuk
putra satu-satunya. Rafiqah sama sekali tak dapat membayangkan
hari-hari yang akan dijalaninya esok-esok hari. Semuanya ia pasrahkan
kepada Yang Maha Kuasa.
Pada akhirnya….
Di balik sekian bencana yang mereka rasakan, di balik beragam
musibah yang mereka rasakan selama ini, ternyata tersembunyi akar
kebahagiaan yang baru terlihat menyeruak di senja itu. Akar itu
menumbuhkan pohon cinta yang begitu indah. Cinta dalam balutan iman.
Cinta anugerah yang tidak akan menjajah jiwa.
Kemuning Senja di Beranda Mekah merupakan sebuah novel yang penuh
hikmah serta nasihat penyubur iman dan insya Allah mampu mampu
menggugah semangat dan ketulusan kita dalam mengabdi kepada Allah.
Tak hanya bisa dinikmati sebagai karya satra, novel ini juga dapat
dijadikan sebagai motivator bagi perempuan-perempuan islam yang masih
ragu dengan kasih sayang Allah SWT. Di dalamnya terdapat
nasihat-nasihat yang diungkapkan secara tersirat yang dapat dipetik
serta bermanfaat.
Jika dilihat dari unsur intrinsiknya, Kemuning Senja di Beranda
Mekah dapat dikatakan novel yang cukup bagus. Alurnya cukup jelas
walaupun terdapat beberapa bagian yang tidak terarah. Namun novel ini
tetap dapat dipahami. Penggambaran setting tempat maupun suasananya
juga digambarkan dengan detail sehingga membuat kita seakan-akan
melihat langsung betapa porak porandanya Aceh ketika kejadian tsunami
tersebut.
Dalam novel ini, pengarang banyak menyertakan dalil-dalil Al-qur’an
juga hadits-hadits nabi yang membuat novel ini memiliki kelebihan
tersendiri serta pembeda dengan novel-novel yang lain. Namun hal ini
justru melemahkan buku ini, karena penyertaan dalil dan hadits
tersebut terlalu berlebihan, sehingga pembaca cenderung merasa bosan
dengan novel ini. Dengan adanya dalil-dalil dan hadits yang terdapat
pada novel ini menjadikan novel ini tidak bisa dinikmati oleh seluruh
kalangan masyarakat. Novel ini seolah-olah memang hanya diperuntukkan
khusus untuk umat islam. Selain itu, ddalam novel ini terdapat
beberapa kalimat dengan susunan kata yang tidak jelas dan tidak baik.
Kemuning Senja di Beranda Mekah memiliki koverbuku yang indah dengan
kualitas kertas yang cukup baik. Pada setiap halaman novel ini juga
dihiasi dengan ornament-ornamen yang bagus, sehingga hal ini semakin
memperindah novel ini. Dengan melihat kover novel ini sekilas, yang
terlintas dibenak saya adalah sebuah langit senja kemerahan di
Beranda Mekah Al Mukaromah. Ternyata bukan itu. Melainkan langit
senja yang indah di sebuah kota bernama Aceh yang memang dijuluki
sebagai kota Serambi Mekah.
Terlepas dari kekurangan yang dimiliki novel ini, Kemuning Senja di
Beranda Mekah tetap novel yang luar biasa yang dapat memberikan
motivasi serta nasihat-nasihat yang sangat luar biasa bagi
pembacanya. Resensi ini hanya mengungkapkan sebagian kecil dari
nasihat yang terdapat pada novel ini. Masih banyak yang dapat kita
temukan jika kita membaca secara langsung. Berbagai keindahan karya
sastra yang terdapat di novel ini hanya bisa kita nikmati jika kita
membacanya.
No comments:
Post a Comment
_ Budayakan Bekomentar _
Thanks For Visiting My Simple Blog ^_^