Tuesday, March 5, 2013

Kemuning Senja di Beranda Mekah

Novel Kemuning Senja di Beranda Mekah karya Abu Umar Basyier ini adalah sebuah novel yang diambil dari kisah nyata salah satu korban yang berhasil selamat pada bencana tsunami Aceh.Penulis mengemas cerita ini dengan bahasa yang komunikatif serta dihiasi dengan hadits-hadits nabi yang dipadukan dengan kepiawaian pengarang dalam permainan kata. Jika dibandingkan dengan novel karya N.H Dini yang berjudul Padang Ilalang di Belakang Rumah, novel ini jauh lebih bisa dimengerti dalam segi bahasanya. Kisah yang disajikan pengarang juga merupakan kisah yang memang pernah terjadi sehingga pembaca tidak susah mengerti alur cerita yang dituturkan oleh pengarang.
            Kemuning Senja di Beranda Mekah ini adalah sebuah kisah nyata yang penuh hikmah dan nasihat-nasihat yang membangun. Sebuah kisah yang membuat kita lebih mengenal Islam serta merasa nyaman dengan Islam. Sebuah kisah yang patut menjadi teladan bagi setiap umat Islam yang masih merasa ragu dengan kebenaran Islam.      Kisah ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Rafiqah yaitu  gadis biasa yang tumbuh sebagai putri salah seorang pebisnis kaya di kota Jakarta. Awal dari masalah yang dihadapi oleh Rafiqah dimulai ketika ia memiliki prinsip hidup yang tak lazim bagi keluarganya yang begitu modernis. Ketika ia memilih untuk berjilbab syar'i demi menjaga kehormatannya. Hingga akhirnya sering terjadi diskusi antara Rafiqah dan ayahnya. Diskusi - diskusi yang sering membuat suasana hangat rumah mewah itu menjadi panas. Diskusi - diskusi yang lebih 'pas' dibilang perdebatan itu pasti berujung sama, yaitu sang ayah yang kehabisan materi dan logika melawan keliahaian anaknya ‘Rafiqah’. Rafiqah adalah gambaran seorang perempuan yang tidak pernah gentar dalam hidupnya. Tidak pernah takut pada siapapun,termasuk ayahnya serta pantang menyerah terhadap segala sesuatu yang dianggapnya tidak benar menurut pandangannya yang didasari dari pengetahuan agamanya. Kepiawaiannya dalam berdebat yang memang sudah dimiliki sejak kecil secara genetik dan kemudian dipadukan dengan dalil-dalil serta penjelasan ilmiah yang banyak dipelajarinya dari seorang ustadz bernama Ustadz Qamaruddin yang tidak lain merupakan ayah dari sahabatnya ‘Heryani’.


Usai menyelesaikan pendidikannya di sebuah SMU di kota Jakarta,tiba-tiba orangtuanya mendesaknya untuk menikah dengan pria pilihan orangtuanya.Pramono Agung Setia,pria pilihan papanya Rafiqah adalah salah satu enterpreuner yang sukses,ia juga religius.Namun Pram bukanlah pria yang diinginkan Rafiqah, akan tetapi pernikahan harus tetap berlangsung,karena papanya adalah seseorang yang bersifat keras. Betapapun Rafiqah mendebat papanya agar mengubah keputusannya, papanya tetap bergeming. Hingga pada akhirnya Rafiqah hanya bisa menerima dengan ikhlas serta berharap kelak ia bisa merubah calon suaminya itu. Rafiqah tetaplah hanya seorang anak yang tidak bisa membantah orang tuanya. “Untuk pergi dari rumah ini pun, Rafiqah tidak punya kemampuan apa-apa. Nyali Rafiqah tak cukup untuk itu. Rafiqah akan turuti kemauan Papa. Tapi apabila ada apa-apa di kemudian hari, Papa harus rela menanggung segalanya”. Itulah kalimat yang dilontarkan Rafiqah kepada papanya ketika ia telah menyetujui keinginan papanya tersebut. Rafiqah adalah potret seorang perempuan berhati baja yang tidak mudah rapuh. Tetapi di samping itu Rafiqah tetap berada dalam batasannya sebagai seorang anak yang harus menaati orang tuanya. Pengarang menyajikan dialog Rafiqah dengan permainan kata yang begitu indah dan menyentuh pembaca.
Pramono Agung Setya adalah seorang enterpreneur muda yang sukses serta berbakat. Bagaimana pun Pram masih tergolong muslim yang cukup baik dikalangan masyarakat awam. Terbukti ia senang mendapatkan kesempatan untuk menyunting Rafiqah gadis yang bukan hanya dilihat kecantikannya tapi berpakaiannya juga. Rafiqah melihat Prams seorang yang masih mau untuk memperbaiki diri. Rafiqah berdoa semoga pilihannya menjadi kebaikan di dunia dan diakhirat.
Ketidakserasian dalam rumah tangga muncul dengan hebatnya. Pram dan Rafiqah pasangan yang memiliki prinsip masing-masing yang sangat berbeda, Pram masih berprinsip moderat ala barat misalnya bisnis pembangunan diskotik yang akan ditempatkan di dekat mall padahal sebelahnya ada masjid dll sedangkan Rafiqah memegah teguh syariat islam. Rafiqah tetap menggenggam prinsip hidupnya yang tak mungkin tergadaikan oleh apapun juga. Rafiqah merasa bagai dikurung di tengah kobaran api, sesungguhnya ia punya kesempatan untuk keluar dari kobaran itu, namun berharap kobaran itu akan padam sendiri. Bahkan Pram yang merasa sulit beradaptasi dengan Rafiqah juga sama sekali tidak menginginkan perceraian. Karena sikapnya itu Rafiqah masih sanggup untuk bertahan.  Dengan penuh kesabarannya untuk taat dan patuh kepada suami Rafiqah selalu berdoa agar Prams dibukakan hatinya dan kembali kejalan yang benar.
Namun ketidakserasian itu berakhir ketika Rafiqah dikunjungi oleh sahabat lamanya Heryani, sahabat yang bertahun-tahun sudah tak jumpa. Percakapan yang sangat mengejutkan Prams dibalik ruang tamu, Rafiqah tak pernah sekata pun menceritakan keburukan suami nya. Prams yang mendengarkan percakapan kedua wanita itu menjadi haru, hingga meneteskan air mata mendengar ucapan-ucapan yang arif dari mulut istrinya. Istri yang amat dicintainya. Kepatuhan terhadap suaminya ternyata semulia itu. Justru dia yang nyaris menjerumuskan wanita suci ke lembah kenistaan, nyaris membuat istrinya berbuat maksiat.
“Manusia itu ibarat logam mulia (seperti emas dan perak) Yang terbaik di masa jahiliyah, akan menjadi terbaik dimasa islam. Jika mereka berilmu”
Perkataan Rafiqah yang sangat luar biasa ini memiliki arti yang sangat mendalam dan sangat luar biasa.
Karena kesabaran dan keshalihan Rafiqah, Pram pun mengikuti jejak Rafiqoh menuju manhaj yang haq. Sayang, keindahan rumah tangga Pramono-Rafiqoh tidak dapatberjalan mulus. Manakala hati telah terpaut dan ibadah bersama terasa begitu indah, hanya dalam waktu 4.5 bulan mereka harus merasakan perpisahan yang begitu pahit. Mereka dipisahkan dengan sebuah kematian. Pramono telah menyambut panggilan yang Maha Kuasa.
            Sebelum suaminya meninggal, sang suami berpesan agar Rafiqah segera menikah lagi, mengingat usianya memang masih muda. Dan akhirnya sang ia memenuhi wasiat suaminya. Ia menikah dengan seorang pemuda shalih yang memang sudah ia kenal sejak kecil, bahkan dialah pria yang pernah ia idolakan karena keshalihannya. Setelah menikah mereka berdua pindah ke bumi indonesia paling barat, yaitu Aceh.
            Di tempat inilah Rafiqah menjalani hidup yang sudah lama diidam-idamkankan. Kehidupan yang sederhana tapi kental akan Islam. Rafiqah dikaruniai seorang putra. Hingga akhirnya bencana itu datang dan membawa semua harta yang dititipkan Allah kepadanya. Termasuk putra satu-satunya. Rafiqah sama sekali tak dapat membayangkan hari-hari yang akan dijalaninya esok-esok hari. Semuanya ia pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa.
Pada akhirnya….
  Di balik sekian bencana yang mereka rasakan, di balik beragam musibah yang mereka rasakan selama ini, ternyata tersembunyi akar kebahagiaan yang baru terlihat menyeruak di senja itu. Akar itu menumbuhkan pohon cinta yang begitu indah. Cinta dalam balutan iman. Cinta anugerah yang tidak akan menjajah jiwa.
Kemuning Senja di Beranda Mekah merupakan sebuah novel yang penuh hikmah serta nasihat penyubur iman dan insya Allah mampu mampu menggugah semangat dan ketulusan kita dalam mengabdi kepada Allah. Tak hanya bisa dinikmati sebagai karya satra, novel ini juga dapat dijadikan sebagai motivator bagi perempuan-perempuan islam yang masih ragu dengan kasih sayang Allah SWT. Di dalamnya terdapat nasihat-nasihat yang diungkapkan secara tersirat yang dapat dipetik serta bermanfaat.
Jika dilihat dari unsur intrinsiknya, Kemuning Senja di Beranda Mekah dapat dikatakan novel yang cukup bagus. Alurnya cukup jelas walaupun terdapat beberapa bagian yang tidak terarah. Namun novel ini tetap dapat dipahami. Penggambaran setting tempat maupun suasananya juga digambarkan dengan detail sehingga membuat kita seakan-akan melihat langsung betapa porak porandanya Aceh ketika kejadian tsunami tersebut.
Dalam novel ini, pengarang banyak menyertakan dalil-dalil Al-qur’an juga hadits-hadits nabi yang membuat novel ini memiliki kelebihan tersendiri serta pembeda dengan novel-novel yang lain. Namun hal ini justru melemahkan buku ini, karena penyertaan dalil dan hadits tersebut terlalu berlebihan, sehingga pembaca cenderung merasa bosan dengan novel ini. Dengan adanya dalil-dalil dan hadits yang terdapat pada novel ini menjadikan novel ini tidak bisa dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat. Novel ini seolah-olah memang hanya diperuntukkan khusus untuk umat islam. Selain itu, ddalam novel ini terdapat beberapa kalimat dengan susunan kata yang tidak jelas dan tidak baik.

Kemuning Senja di Beranda Mekah memiliki koverbuku yang indah dengan kualitas kertas yang cukup baik. Pada setiap halaman novel ini juga dihiasi dengan ornament-ornamen yang bagus, sehingga hal ini semakin memperindah novel ini. Dengan melihat kover novel ini sekilas, yang terlintas dibenak saya adalah sebuah langit senja kemerahan di Beranda Mekah Al Mukaromah. Ternyata bukan itu. Melainkan langit senja yang indah di sebuah kota bernama Aceh yang memang dijuluki sebagai kota Serambi Mekah.

Terlepas dari kekurangan yang dimiliki novel ini, Kemuning Senja di Beranda Mekah tetap novel yang luar biasa yang dapat memberikan motivasi serta nasihat-nasihat yang sangat luar biasa bagi pembacanya. Resensi ini hanya mengungkapkan sebagian kecil dari nasihat yang terdapat pada novel ini. Masih banyak yang dapat kita temukan jika kita membaca secara langsung. Berbagai keindahan karya sastra yang terdapat di novel ini hanya bisa kita nikmati jika kita membacanya.


No comments:

Post a Comment

_ Budayakan Bekomentar _

Thanks For Visiting My Simple Blog ^_^